Rabu, 03 Juni 2009

Caru Palemahan Dan Sasih Dalam Agama Hindu Di Bali

Caru merupakan upacara yang di selenggarakan oleh umat Hindu di Bali pada setiap palemahan desa adat, banjar, dan juga pekarangan perumahan umat Hindu.demikian juga pada setiap musim(masa) yang juga disebut ”sasih” yaitu

pada hari kajeng kaliwonny pada bulan mati, pada setiap pintu pekarangan umat

Secara umum caru sendiri dapat diartikan sebagai bagus, cantik, harmonis, mecaru dimaksudkan adalah untuk mempercantik, mempebagus dan mengharmoniskan. Yang dimaksud mengharmoniskan disini adalah tergantung dari objeknya, kalau caru itu caru palemahan maka yang di harmoniskan adalah palemahan, dan kalau carunya caru sasih maka yang di harminiskan adalah waktu dan musim atau masa. Sedangkan secara khusus caru dapat dikaitkan dengan sarana upakaranya, caru sebagai sarana berarti ”sega” atau nasi dalam segala bentuknya, ada yang berbentuk cacah, kepelan, dan berbentuk tumpeng kecil-kecil atau ”dananan” yang dilengkapi dengan lauk pauk, umumnya dari bumbu seperti bawang, jahe, garam dan lainnya.juga daging ”jejeron”

Kaitan caru dengan bhuta yadnya adalah bhuta yadnya berasal dari dua kata yaitu bhuta yang berasal dari kata bhu yang berarti ada, atau yang telah diciptakan yaitu alam semesta beserta dengan isinya baik itu yang berwujud nyata maupun yang berwujud tidak nyata (astral). Sedangkan yadnya berasal dari urat kata yad yang berarti berkorban jadi bhuta yadnya berarti korban kepada para bhuata, umumnya korban itu berupa ”bebali” yaitu upakara yang berupa nasi / sega serta minuman yang mengandung alkohol. Bebali ini biasa disebut caru. Jadi dengan diberikan carupara bhuta menjadi puas dengan demikian maka terwujudlah keharmonisan.

Jenis caru menurut objeknya dapat di bedakan menjadi tiga yaitu

1. Caru untuk mengharmoniskan bhumi atau alam sekitar dengan lingkungannya yang disebut ”bhumi suddha”.

2. Caru untuk menyeimbangkan ruangan dan waktu yang disebut caru sasih.

3. Caru untuk mengharmoniskan prilaku manusia atas pengaruh kelahiran yang disebut caru oton

Korban yang paling terkecil yang di persembahkan biasanya berupa nasi yang berisi bawang, jahe, terasi, arang, daging ”jejeroan” yang disebut ”segehan” yang menggunakan api takep dan menggunakan tetabuhan berupa air, tuak dan arak. Sesuai dengan jenis dan bentuk nasinya maka segehan terdiri dari : segehan cacahan, segehan kepelan, segehan mancewarna, dan segehan agung. Sedangkan korban yang bentuknya lebih sedang disebut yaitu gelar sanga yang biasanya mengikuti sorohan bebangkit.

Caru palemahan adalah upacara untuk mengharmoniskan ”areal peratalan” atau ”Wilayah”, yang dimaksud aeal atau wilayah adalah wilayah hunian manusia,binatang,tumbuh-tumbuhan, bahkan sampai areal yang disthanai para Dewa-Dewi yang dikenal parhyangan. Caru palemahan tersebut dilaksanakan baik secara rutin maupun insientil. Secara rutin maksudnya dilakukan menurut jangka waktu tertentu yang tetap dilaksanakan pada kurun waktu tertentu, sedangkan secara insidentil maksudnya mengembalikan keseimbangan magic akibat adanya sesuatu yang tidak wajar. Misalnya ada orang yang melakukan ”salah tmpah” seperti mengadakan hubungan sek dengan binatang,saudara kandung,anak kandung atau dengan ibu, aau jga telah terjadi perkelahian di pura sampai keluar darah, serta kemalingan di daerah pura.

Bentuk caru palemahan kepada para bhuta yang tergolong sedang disebuta caru, pada tingkatan ini tergolong aneka jenis caru seperti :

  1. Caru eka sato biasanya untuk mengharmoniskn pekarangan yang terdiri atas :

Ø Caru karang panas, karang panas adalah karang yang slalu menimbulkan penyakit, serta penghuni juga sering merasa bingung dan selalu berkelahi maka perlu di carui dengan cara pamanggihan sarana upacaranya : mendirikan sanggah tutuwan di halaman rumah ,pada snggah itu si haturkan ”banjotan akelan”,canang lengewangi burat wangi, dan canang gantal. Di bawah sanggah tutuwan caru dengan pitik bulu sikep, sate lembat,asem, calon dijadikan 33 tanding,lalu dilengkapi daksina,tumpeng dananan 33,ditambh penyeneng,lis,nasi owan,dan tepung tawar. Mohon tirta dipura puseh dan pura desa dengan banten sode,perasdaksina. Dihalaman tempat caru eka sato ,berupa olahan ayam putih denganbayang-bayangnya yang dialasi songkwi,menjadi 5 tanding serta datengan,daksina,penyeneng dan canang. Di hulu datengan tadi dan banjotan akelan setelah pryascita. Setelah selesai caru di tanam di perempatan jalan. Mendirikan sebuah sanggah cucuk dengan perlengkapannya.

Ø Caru karang panas kageringan, keadaan ini mengakibatkan sakit tak berhenti sehingga menimbulkan kematian,dan hewannya juga selalu kena grubug sehingga perlu dicarui dengan sarana : Tumpeng putih,daging ayam yang dipolakan sesuai dengan urip hari berupa sate calon yang dimask sebelah,dilengkapi dengan rumah gile, di jadikan 5 tanding. Suruh putih ijo,kelanan, peras, penyeneng, lis, uang kepeng 225. selembar lontar yang di tulis yang kemudian akan ditanam di halaman, serta mendirikan sanggah cucuk lengkap dengan sarananya.

Ø Caru pengeruak bhuvana yaitu caru yang dilakukan sebelum kita mendirikan sebuah banguna dengan sarana : seekor ayam brumbun di kuliti dagingnya di olah menjadi urab merah dan putih sate asem ditanding 33tanding. Penek nasi pancawarna di buat sesuai urip mata angin. Kulit bayang-bayang dialasi songkwi 33 lembar ditaruh di tengah.serta snggah cucuk lengkap dengan sarananya.

Ø Caru ayam brumbun, caru ini biasanya menyertai piodalan di sanggah pamrajan yang tergolong menengah. Sarananya : sama seperti caru pengeruak tetapi caru ini menggunakan ayam brumbun dan diolah hanya menjadi satu unit yang banyaknya 8 tanding.serta 1 unit soroha bayuan,dilengkapi dengant tulud,sapu,dan kentongan dari bambu.disertai pula api takep.

Ø Caru ayam biying,caru ini digunakan untuk ”nyeheb api” yang disebut ”Nyeheb Brahma” biasanya dilakukan setelah nagben, yang menggunakan ayam biying dengan urip 9 perlengkapan sama seperti caru eka sato.

  1. Caru manca warna yaitu caru yang menggunakan 5 ekor ayam dengan maing-masing warananya.
  2. Caru panca sato yaitu caru yang menggunakan 5 ekor ayam yang sesuai dengan penjuru mata angin serta ditambah dengan ”meri belang kalung”.yang digunakan untuk membersihkan pekarangan rumah yang dilakukan 5 tahun sekali, serta merubu-rebu setelah adanya kecuntakan dan bila terjadi sesuatu yang tidak wajar.
  3. Caru panca sanak, caru yang sama seperti yang tadi cuman ditambahkan dengan ”anjing belang bungkem”.yang bisa juga dipergunakan untuk menyertai ”upacara pangrsiganan”.
  4. Caru panca sanak madurga yaitu caru yang sama dangan diatas tapi ditambahkan berupa kucit selem butuhan(babi plon).caru ini biasa digunakan pada saat ”penakluk mrana” yang di laksanakan di pamangkalan desa yang maksudnya adalah di perbatasan desa bagian selatan. Pada batas ini dibuat ”rangkaian bung poling” yang sejenis ranjau yang runcingnya menghadap ke bawah, dan sungga poling ini juga di buat di masing-masing ” angkul-angkul” atau pintu pekarngan. Dengan maksud agar mendapat keselamatan dan terhindar dari gangguan.
  5. Ctaru manca sanak ditambah dengan mensthanakan Dewa Gana maka disebut caru ”ngeresigana” yang merupakan peralihan dari caru sedang ke caru yang besar.

Caru tergolong besar seperti Tawur dimana yang termasuk tawur adaah

  1. ”menceklud” yaitu caru yang dasarnya adalah manca sanak di tambah dengan angsa dan kambing dan membuat nasi tawur sebagai simbol untuk membersihkan bhumi kita ini.
  2. ”malik sumpah” merupakan caru yang dasarnya juga panca sanak dengan ditambah disamping angasdan kambing juga seekor ”godel merah” caru ini juga menggunakan nasi tawur.
  3. Jika jenis caru diatas menggunakan sarana kerbau maka tawur itu disebut ”labuh gentuh” atau ”tawur agung”. Dan tingkatan yang lebih besar lagi yaitu tawur panca walikrama, tawur tribhuvana, eka bhuvana, eka dasa ludra dimana dalam tingkatan ini yang wjib muput adalah Tri Sadhaka yaitu Resi, Bujangga Vaisnava, Padanda.

Caru sasih adalah caru yang dilakukan untuk mengharmoniskan alam berserta lingkungan berdasarkan sasih, dimana sasih artinya bulan atau masa. Dengan tujuan supaya sasih-sasih tersebut memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan manusia.

Jenis-jenis caru sasih antara lain :

1. Caru sasih kasa (Srawana). Pada sasih kasa patut dilaksanakan pecaruan dengan sarana : pada masing-masing angkul-angkul di sebelah kiri patut mendirikan sanggah cucuk, pada snggah cucuk munggah “tumpeng tri warna”dengan warna bunga tri warna, lauknya jatah dan sate ayam putih kuning yang olahannya dijadikan 3 tanding,dibawah sanggah cucuk segehan 5 tanding, pada saat menghaturkan sebut “bhuta bregala”.

2. Caru sasih karo, sarana yang dipakai seperti : pada masing-masing angkul-angkul di sebelah kiri mendirikan sanggah cucuk. Kemudian ngunggahang canang genten 2 tanding,lanjaran 2 katih,dagingnya sate babi sate lembat 2,sate calon 2 katih,di gantungi sujang berisi tuak dan arak,mekober kasa,di bawah segehan cacah dengan api takep,sebutannya sang bhuta amangku rat.

3. Caru sasih ka tiga, menggunakan sarana seperti : mendirikan sanggah cucuk pada masing-masing angkul-angkul di sebelah kiri,beserta tipat mancawarna,raka-raka,canang 5 tanding,dagingnya palem udang dan gerih kepiting,dibawah segehan 5 tanding tetabuhan tuak,arak,dan api takep, persembahan memanggil sangkala prayogi.

4. Caru sasih kapat, dengan sarana seperti : sanggah cucuk di kiri angkul-angkul,dengan tumpeng dinanan kuning,kawangen 2 buah,canang genten 5 tanding,lanjaran menyan 2 katih,dagingnya ayam putih diolah menjadi 5 tanding dilengkapi raka-raka,plawenya menggunakan daun bingin,sujang beri tuak dan arak,dibawah segehan 5 tanding bertabuh tuak raka,mempersembahkan panggil sang kala wigraha bhumi.

5. Caru sasih ka lima,dengan sarana seperti : dengan sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul,dengan banten punjung 2,raka,canang 2,tuak 2 tekor,daging ulam wabi diolah menjadi urab merah dan putih, sate lembat dan asem,di bawah segehan 5 tanding,tabuhan tuak,arakdan toya,api takep,mempersembahkan panggil sang kala mangsa.

6. Caru sasih ka nem, denan sarana seperti : sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul,tmpeng ireng 1 dananan,raka pisang malablab,canang 2,dagingnya ayam hitam diolah menjadi urab bang putih,sate lembat dan calon,di bawah segehan 5 tanding dengan dagingnya jeroan babi mentah,darah 1 tekor,tetabuh tuak,arak,air dan api takep,mempersembahkan panggil sang kala smayapati.

7. Caru sasih ka pitu,dengan sarana seperti : sangah cucuk di sebelah kiri angkul-ngkul, dengan tumpeng bang dananan,raka-raka,canang apasang,dagingnya sate ayam wiring dan olahan urab bang putih,di bawah segehan 5 tanding,didepan sanggah kemulan mempersembahkan nasi punjuangan1,daging jatah babai akarang,mesate 5 katih,segehan 5 tanding,dagingnya lawar babi,tuak 1 tapan,tetabuh tuak,arak, dan air, mempersembahkan memanggil sang kala ngadang samaya.

8. Caru sasih ka wulu, dengan sarana seperti : sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul,pada sanggah cucuk nguggahang nasi takelan,sujang dengan tuak,arak,ulam taluh bekasem,tumpeng 5 bungkul bertempat daun telunjungan,geti-geti,biyu batu,canang 1 pasang,ulam rumbah gile,kakumbuk kacang,calon agung5,tabuhan tuak, arak, dan toya,mempersembahkan memanggil sang kala dengen.

9. Caru sasih ka sanga, dengan sarana seperti : sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul,nasi telompokn maulam taloh madadar,sujang tuak,arak magantung,raka-raka,di bawah peras penyeneng,segehan5 tanding, tetabuhan tauk,arak dan air,mempersembahkan memenggil sang kala rogha.

10. Caru sasi ka dasa, dengan sarana seperti : sanggah cucuk di sebelah kiri angkul-angkul,mungah unjung1,raka-raka,ulam danging babi diolah menjadi urab merah putih,sate lmbat 1,calon,dibawah segehan 5 tanding,tetabuhan tuak, arak, dan air,serta api takep,mempersembahkan memanggil sang kala wijaya.

11. Caru sasih dyestha,dengan sarana seperti : sangah cucuk d sebelah kiri angkul-angkul,mempersembahkan penek putih 1,dananan,jatah ayam sebulu-bulu,urab bang putih,sate lembat 1,sayur pepes makukus 1 tanding,di bawah segehan 5 tanding,tetabuh tuak,arak,dan api takep,mempersembahkan dengan memanggl sang kala solog.

12. Caru sasih asadha, dengan sarana seperti : sangah cucuk disebelah kiri angkul-angkul,mempersembahkan tumpeng putih 1,dananan,raka-raka,ulam ayam putih,kelembar rumbah gile,di bawah segehan menurut urip dina angkepan,maulam lawar,tetabuhan berupa tuak,arak dan air,dan api takep,mempersembahkan dengan memanggil sang kala bhanaspati.

(diringkas oleh i made mudita)

Sumber : Drs I Nyonman Singgih Wikarman,1998,Caru Palemahan Dan Sasih,Paramita


Tidak ada komentar:

Posting Komentar